Main Ilmu

 "Gula seprempi, Buk!"


"Seprempi apa?" Hardik Mak Betot terhadap Ucok dengan gaya milenialnya.


"Seperempat, Ibuuuuukkkk ..."


"Ah, gaya ngomong kau ituuu ..." Sambil ngedumel Mak Betot menimbang gula, lanjutnya. "Apa lagi?"


"Rokok goceng!"


"Lagi?"


"Udah!"


"Sembilan ribu!" Muka Mak Betot cemas.


"Kata mamakku tulis dulu."


"Gaya kau ya udah kayak uget-uget giliran bayar tulis terus, tulis terusss ..." Mak Betot melotot sambil garuk-garuk kepala.


"Annjiiirrr kenak repet awak bah ..."


"Apaaaaaa anjeenngg kauuu bilaanngg? Anak gak ada otak kauu yaaa ..."


Ucok lari terbirit-birit gak sampe kecirit, adapun ampasnya dikit. ***


"Ucoookkk, mana kembalian beli gulaaa?" Pekik Mamak idem dengan letusan meriam.


"Beli rokok aku, Mak!"


"Gak ada otak kau ya, itu uang buat nabung adek kau di sekolah!" Mamak mencak-mencak kebakaran jenggot.


"Tenang, Mamak, sore aku ganti sepuluh kali lipat."


"Apa tenang, tenang, sama aja kau kayak bapakmu, makan, tidur, warung kopi, makan, tidur, warung kopi!"


"Gak percaya lagi Mamak samaku rupanya? Siapa lagi yang harus percaya, Mak? Sial bah, Mamak sendiri tak percaya!"


"Bukan gitu maksud Mamak anankku, memang, Ucok, ada kerja apa?" Mamak mulai lembut dan retina matanya mulai menghijau.


"Kalo kenak togel kukasih Mamak sepuluh kali lipat nanti sore!"


Plak @#$&+/!?


Telapak tangan Mamak mendarat berkali-kali di muka Ucok.


Tamat-


Antologi Puisi Wajah wajah Asing

Puisi : Wahyu Utomo


Ujung Harap

_____


Ketika asmaraloka memudar di kalbu

Apalah arti kebersamaan

Maka beranak-pinaklah gelisah tentang esok

Sambil mengeja-eja asa yang terpendam


Entah sembunyi atau sengaja mengasingkan  diri

Sang ratu adil seperti andam karam terdayuh rasa

Menutup jendela-jendela keinginan

Bahkan sinar tak dapat masuk setitik pun


Si tangan kayu berubah besi

Bukan tak ingat muasal pagi

Mungkin sekedar lena disengaja

Rambut sama hitam siapa sangka


Di bawah kaki langit anak-anak bertafakur

Merengek-rengek pada pemilik langit

Tentang jeritan kalbu ayah-ayah mereka

Meski bibir membisu namun mata berkata-kata


Dan senyum ibu sumarah

Mencoba hidup menggapai hidup

Hirap di ujung shyam

Lalu, anak dara mengubur mimpinya di bawah pahang

_____

Medan, Oktober 2020




Belenggu Rindu

_____


Ada hujan masih tersisa

Tergenang di ujung mata

Lambat disesal

Perlahan jadi api


Ambisi...

Kala hening sejuk mengundang

Tanam perih benih luka


Problema...

Dan rindu menjerit

Hardik sua segera


Cuma ingin sampaikan sekata maaf

Dari segumpal daging penuh harap

Cemas dibalik jendela

Hujan datang lagi


Cintaku dilumat waktu

Berubah jadi sunyi


Merindu...

_____

Medan, 27 Desember 2020